Tika aku di sini
Bisikan ombak..
Pada nyanyian ombak malam yang memukul pantaiku cuba coretkan sebuah harapan sebuah nukilan....dan perasaan yang tidak pernah luntur dari sudut hati, mesra pada senyuman…
Tidak hairan akan mereka yang tidak sudi mendengar…entah pada siapa ingin ku tuju coretanku..Entah lurus entah tidak bicara ku…ada budi ada ingin ada sudi berbicaralah kita..
Walaupun pada nada dan irama yang berbeza..Sukarnya meramal perasaan ku sendiri…zahirku tidak terucap..Demi masa berjalan gagah…ku susuri dengan lesu. Ku kutip ku atur dengan penuh ketabahan. Ku susun ku kumpul menjadi simpulan madu, menjadi ukiran kukuh dan menjadi hiasan pujukan jiwa…
Bisikan rasa..
Bila hati menyentuh rasa yang sama,
jiwa melahirkan perasaan yang indah..
Bila kata mengusik minda akal mengujudkan reaksi berbeza..
Hati, jiwa, akal dan minda bersimpul mati menjadi satu..
Carilah sebutir permata dalam timbunan kaca
walaupun dijarimu terluka..
tiada cinta yang lebih hakiki selain cinta Ilahi…
Bisikan perindu...
Rindu ku susut di celah nyanyi angin kasih, kutaruh di pura waktu, bermusim ku simpan resah. Biar waktu dan pasir itu berserakan. Biarkan cahaya itu memancar menyala pada suram alam maya.
Engkau tiba bagaikan pelangi, tak bercahaya namun kau berseri. Tapi cukup menghiburkan hati ini... Seharian bersamamu tak terasa saat yang berlalu. Bagai pelangi petang kau kan pergi jua...
Wednesday, March 21, 2007
Dengan cengkerik yang terus bernyanyi dan kiranya merintih saat malam menjelang di antara gelap, menjulangnya pohon-pohon yang meliuk melambai, dan mahkluk-mahkluk malam tak tersebutkan. Dan malam ini, dengan harapan yang tinggi berserta doa pada Allah agar diberkati diberi secebis ketenangan ke dalam hati yang penuh keluh kesah ini. Rasa rindu yang direnjiskan ke dalam jiwa ini sentiasa membara walau di mana berada. Ya Allah!! Aku bermohon dengan berkat nama-namaMu, mukjizat nabi-nabiMu, dengan wasilah kekasihMu maka perkenankanlah doaku ini. Ya Ilahi!! Sesungguhnya Engkaulah tempat tujuan ku dan keredhaanMu yang kucari. Kurniailah aku hambaMu yang lemah ini dengan ketenangan agar tidak berkeluh kesah dengan duri ranjau kehidupan ini. Sungguh limpahilah daku dengan taufik dan hidayahMu agar perit jiwaku sirna dipuput bayu...dengan kuasa yang ada padaMu sisipkan kasih bayu dalam hati dan jiwa ini agar jiwaku tidak gelandangan dalam titik noktah bersama pencarian kasih...
Selamat datang! kasih.....sungguh aku amat merindukan mu.....jenguklah slalu jiwa yang selalu berkeluh kesah ini...damaikan jiwa itu dengan kasihmu...duduk-duduklah diserambi itu perhatikanlah dimana jiwa itu bermain selalu di hutan rahsia dengan kolam yang jernih airnya ikan-ikan bermain riang...tetapi kenapa jiwa itu masih menangis...?kenapa jiwa itu masih resah...?kenapa jiwa itu masih lara....?kenapa jiwa itu masih takut dengan lena diulit mimpi ngeri...? carilah kasih dimana dulu jiwanya yang damai...seperti pagi yang menyambut malam dengan riang..seperti bunga-bunga yang berkembang mekar selepas hujan malam...kemanakah jiwanya yang dulu..?
Jauh jiwaku merawang….bernyanyi sendiri di kesunyian. Di antara jalan-jalan panjang yang selalu kulewati, saat aku mencari jawapan akan kesunyian yang kusenandungkan. Jalan-jalan panjang yang selalu menyambut bingungnya hatiku, resahnya nafas, dan jantungku yang tak beristirehat dalam resah, memburu panas. Bercinta dengan jalan-jalan panjang yang berliku, panas membakar dan penuh rahsia seperti alam, dikelilingi dinding-dinding putih sisa keagungan dan kejayaan masa lalu. Dinding-dinding putih yang turut terjaga saat aku melewati jalan-jalan itu di kesunyian malam. Dinding-dinding yang bertanya mengapa jiwaku resah. Mengapa jiwaku tak beristirehat seperti jiwa-jiwa lain.
Aku tak boleh. Kataku. Jiwaku yang tenang disembunyikan sunyi dan laranya nafas. Aku tak boleh beristirehat sampai kunci kutemukan dan jiwaku tenang kembali. Jalan-jalan ini masih panjang, dan masih banyak yang belum kujalani. Jalan yang keras, panas, dan membahang saat siang. Jalan yang kelam, dingin, dan tak nampak berujung di sebuah titik saat malam bernyanyi dalam dakapan alam. Jalan-jalan ini masih ingin kujalani.
Mungkin kunci itu tercicir di salah satu jalan-jalan ini. Kunci yang membuka gerbang jiwaku yang tenang, agar nanti aku boleh mendamaikan jiwa ini dengan ketentuanNya.
Tak begitu banyak bertanya.
Mungkin nanti aku akhirnya boleh membuka kunci tenangnya jiwa, agar nanti aku tak takut jiwa ini terus bernafas dalam resah dan cemas. Aku lelah menjadi dan berjalan dalam cemas. Ratusan malaikat kematian menunggu mu mati, saat kau berjalan dalam cemas. Dunia yang biasanya sejuk dan tenang, akan menjadi panas dan membakar. Semua kerana cemas yang kau rasakan. Jiwamu tak beristirahat dengan tenang di antara segala kecemasan hidup.
Aku masih ingin berjalan di selusur jalan-jalan berliku ini. Siang, pagi, malam, saat petang menjelang. Berjalan hingga aku lupa wujudku. Berjalan hingga tubuh ini mengurus dan memucat. Berjalan hingga nanti saat itu kutemukan. Agar dahaga ini hilang, dan kunci ketenangan itu kutemukan. Dia, kunci itu, tak ada dihujung pelangi. Aku tahu hujung pelangi itu tak ada. Dan aku tak mau mencarinya kesana. Membuang waktu mencari di kaki pelangi, yang tidak ada.
Aku yakin, jalan-jalan ini akan menuntunku ke sana. Aku yakin masih banyak yang belum kulihat, dan kurasakan. Di antara malam, siang, pagi, dan saat petang menjelang-pasti kutemukan. Kunci itu. Pasti akan kutemukan. Di antara jalan-jalan ini. Di antara panas, dan dingin yang menyejukkan. Pasti akan kutemukan. Mungkin saat itu aku sudah memucat, mengurus, dan kehilangan senyum di balik wajahku. Tapi aku yakin, aku pasti menemukan kunci itu. Di jalan-jalan ini. Mungkin dibalik dinding-dinding putih itu.
Dalam duniaku yang bersinar di antara biru, putih, hitam, dan kelabu, aku masih menanti semuanya bersinar terang. Seirama dengan bulan, dan aku tahu hatiku akan terus hancur. Hati ini memang dibuat untuk itu. Cinta datang dan pergi, semuanya berlalu seperti angin. Aku masih merindukan seseorang itu, berjalan melewati waktu…..Hati ini akan terus terluka. Tak ada hati yang tak terluka.
Selamat datang! kasih.....sungguh aku amat merindukan mu.....jenguklah slalu jiwa yang selalu berkeluh kesah ini...damaikan jiwa itu dengan kasihmu...duduk-duduklah diserambi itu perhatikanlah dimana jiwa itu bermain selalu di hutan rahsia dengan kolam yang jernih airnya ikan-ikan bermain riang...tetapi kenapa jiwa itu masih menangis...?kenapa jiwa itu masih resah...?kenapa jiwa itu masih lara....?kenapa jiwa itu masih takut dengan lena diulit mimpi ngeri...? carilah kasih dimana dulu jiwanya yang damai...seperti pagi yang menyambut malam dengan riang..seperti bunga-bunga yang berkembang mekar selepas hujan malam...kemanakah jiwanya yang dulu..?
Jauh jiwaku merawang….bernyanyi sendiri di kesunyian. Di antara jalan-jalan panjang yang selalu kulewati, saat aku mencari jawapan akan kesunyian yang kusenandungkan. Jalan-jalan panjang yang selalu menyambut bingungnya hatiku, resahnya nafas, dan jantungku yang tak beristirehat dalam resah, memburu panas. Bercinta dengan jalan-jalan panjang yang berliku, panas membakar dan penuh rahsia seperti alam, dikelilingi dinding-dinding putih sisa keagungan dan kejayaan masa lalu. Dinding-dinding putih yang turut terjaga saat aku melewati jalan-jalan itu di kesunyian malam. Dinding-dinding yang bertanya mengapa jiwaku resah. Mengapa jiwaku tak beristirehat seperti jiwa-jiwa lain.
Aku tak boleh. Kataku. Jiwaku yang tenang disembunyikan sunyi dan laranya nafas. Aku tak boleh beristirehat sampai kunci kutemukan dan jiwaku tenang kembali. Jalan-jalan ini masih panjang, dan masih banyak yang belum kujalani. Jalan yang keras, panas, dan membahang saat siang. Jalan yang kelam, dingin, dan tak nampak berujung di sebuah titik saat malam bernyanyi dalam dakapan alam. Jalan-jalan ini masih ingin kujalani.
Mungkin kunci itu tercicir di salah satu jalan-jalan ini. Kunci yang membuka gerbang jiwaku yang tenang, agar nanti aku boleh mendamaikan jiwa ini dengan ketentuanNya.
Tak begitu banyak bertanya.
Mungkin nanti aku akhirnya boleh membuka kunci tenangnya jiwa, agar nanti aku tak takut jiwa ini terus bernafas dalam resah dan cemas. Aku lelah menjadi dan berjalan dalam cemas. Ratusan malaikat kematian menunggu mu mati, saat kau berjalan dalam cemas. Dunia yang biasanya sejuk dan tenang, akan menjadi panas dan membakar. Semua kerana cemas yang kau rasakan. Jiwamu tak beristirahat dengan tenang di antara segala kecemasan hidup.
Aku masih ingin berjalan di selusur jalan-jalan berliku ini. Siang, pagi, malam, saat petang menjelang. Berjalan hingga aku lupa wujudku. Berjalan hingga tubuh ini mengurus dan memucat. Berjalan hingga nanti saat itu kutemukan. Agar dahaga ini hilang, dan kunci ketenangan itu kutemukan. Dia, kunci itu, tak ada dihujung pelangi. Aku tahu hujung pelangi itu tak ada. Dan aku tak mau mencarinya kesana. Membuang waktu mencari di kaki pelangi, yang tidak ada.
Aku yakin, jalan-jalan ini akan menuntunku ke sana. Aku yakin masih banyak yang belum kulihat, dan kurasakan. Di antara malam, siang, pagi, dan saat petang menjelang-pasti kutemukan. Kunci itu. Pasti akan kutemukan. Di antara jalan-jalan ini. Di antara panas, dan dingin yang menyejukkan. Pasti akan kutemukan. Mungkin saat itu aku sudah memucat, mengurus, dan kehilangan senyum di balik wajahku. Tapi aku yakin, aku pasti menemukan kunci itu. Di jalan-jalan ini. Mungkin dibalik dinding-dinding putih itu.
Dalam duniaku yang bersinar di antara biru, putih, hitam, dan kelabu, aku masih menanti semuanya bersinar terang. Seirama dengan bulan, dan aku tahu hatiku akan terus hancur. Hati ini memang dibuat untuk itu. Cinta datang dan pergi, semuanya berlalu seperti angin. Aku masih merindukan seseorang itu, berjalan melewati waktu…..Hati ini akan terus terluka. Tak ada hati yang tak terluka.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment